Sprint Planning bukan sekadar rapat, tapi awal dari komitmen. Sebelum memulai pekerjaan di sebuah Sprint, seluruh tim Scrum berkumpul untuk menyelaraskan tujuan dan rencana.
Fokus utamanya adalah menjawab dua pertanyaan besar: Mengapa Sprint ini penting, dan Apa yang bisa kita selesaikan. Pertanyaan “mengapa” dijawab oleh Product Owner, dengan menyampaikan nilai yang ingin dicapai. Lalu, tim berkolaborasi menentukan Sprint Goal yang jelas – tujuan tunggal yang memandu pekerjaan selama Sprint.
Setelah itu, tim membahas apa yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Developers memilih item dari Product Backlog, memperkirakan usaha yang dibutuhkan, dan memecahnya menjadi tugas-tugas kecil yang bisa diselesaikan dalam satu hari. Ini bukan masalah menerima daftar tugas dari orang lain, melainkan pemilikannya penuh oleh Developers.
Hasil dari Sprint Planning adalah Sprint Backlog – kombinasi dari Sprint Goal, item Product Backlog yang dipilih, dan rencana bagaimana item-item itu akan dikerjakan.
Waktu yang dialokasikan pun fleksibel, disesuaikan dengan durasi Sprint. Semakin pendek Sprintnya, semakin ringkas perencanaannya. Intinya, Sprint Planning adalah tentang menciptakan kejelasan dan komitmen bersama, sehingga tim bisa fokus bekerja dengan tenang dan efisien.